Berdamai...
For this upcoming bloody talk, I've been often working more than 12 hours per day, for months. And..... Voila!! no result until now! Like I said previously, this is a neverending Murphy's law. Everything is going wrong!
Pernah nggak berada dalam situasi di mana segala yang kamu coba tidak membuahkan hasil, dan hal ini berlangsung selama berbulan-bulan! There's no way to escape, and there is no other way except keep going on and on, sambil berusaha mempertahankan sisa-sisa kepercayaan diri yang makin merosot. Well, I guess this IS research. Paling tidak, sepanjang yg aku tahu, salah satu tujuan PhD-training emang utk melatih stamina menjalani kegagalan demi kegagalan dalam eksperimen (for 4 years, my friend!), sambil tetap bersemangat dan terus tidak kekurangan ide-ide baru. Seperti yg supervisor dan promotor selalu bilang, "Somehow it will work." Yup! I totally agree. One tiny problem is, we both just don't know how! (currently)
Dalam kondisi lelah fisik dan pikiran, biasanya pikiran2 (sok) romantis malah muncul (weleh!). Entah ini means of survival, means of escape, atau sekedar excuse pada diri sendiri. Beberapa hari terakhir ini, pas lagi suntuk dan browsing2 bbrp blogs, jadi merasa diingatkan lagi tentang bbrp hal.
Dulu sekali, seorang sahabat dekat sering mengingatkan: cobalah melihat melampaui segala yang ada saat ini. Walaupun konteks saat itu beda, tapi aq paling tidak diingatkan utk tidak terlalu khawatir. Khawatir bagaimana kalau kenyataan yang (akan) terjadi tidak sesuai seperti yg diinginkan, bagaimana kalau target tidak tercapai, dsb. Kekhawatiran2 ini bikin aku jadi makin menggebu2 bekerja lebih giat (baca: longer hours), tapi pada saat yg bersamaan juga bikin lelah hati dan pikiran. Working hard, but not always working smart.
Melampaui deadline, angka2 dan syarat yg seolah2 menentukan berarti tidaknya aku, menentukan bahagia tidaknya hidupku. Padahal tidak ada yg tahu apa yg akan terjadi di hari esok toch. Paling tidak, seharusnya aq sudah belajar dari pengalaman, bahwa apa yg lama aku rencanakan, bisa tiba2 gagal total. Sesuatu yg seolah2 sudah dalam genggaman, bisa2 tiba2 terlepas begitu saja.
Dan di luar soal pekerjaan saat ini, ada pula soal2 lain yg kadang menambah beban pikiran dan membuat segalanya terasa tidak nyaman. Lagi-lagi, kayanya aku masih harus banyak belajar. Belajar melihat yang melampaui, belajar tidak menggenggam terlalu erat - belajar berdamai.
Berdamai dengan situasi yang tidak enak (memang tidak akan pernah ideal), dengan hal2 yg tidak bisa dirubah saat ini. Terus berusaha, tapi tidak kesetanan.
Yah, mulai lagi deh, (belajar) berjalan tanpa beban...
***
I'm like a runner keeping the goal in my eyes
How can I look around and enjoy the view
But is it not the journey more important than the final step
The end point will only give you
one answer to one question
But the journey enriches you
with many answers (and many more questions)
It is only through a journey you gain what is valuable
just like the voyage to Ithaca*
But when your mind is set to only one thing
you cannot free yourself
Looking beyond dates and pre-set ending
Why is it so difficult?
*Ithaca - found in The Zahir, Coelho